Jakarta (indonesiadaily.co.id) Budidaya udang menjadi salah satu primadona di kalangan pelaku usaha perikanan saat ini. Melihat pesatnya perkembangan usaha budidaya udang, berbagai teknologi pun terus dikembangkan. Salah satunya adalah inovasi kincir air tambak yang dikembangkan Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo, Jawa Timur. Satuan pendidikan ini berada di bawah Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Melalui berbagai uji coba di perairan tambak ikan dan udang, Politeknik ini mengembangkan mesin kincir air hemat energi bertenaga listrik yang ramah lingkungan tanpa ada gas buang dan tidak menimbulkan kebisingan. Kepala BRSDM, Sjarief Widjaja, mengatakan inovasi yang dikembangkan pihaknya mendukung tiga program terobosan KKP pada 2021-2024. Pertama, peningkatan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sumber daya alam perikanan tangkap untuk peningkatan kesejahteraan nelayan. Kedua, pengembangan perikanan budidaya untuk peningkatan ekspor. Ketiga, pembangunan kampung-kampung perikanan berbasis kearifan lokal. "Inovasi kincir tambak Politeknik KP SIdoarjo khususnya mendukung poin kedua dan ketiga," ujar Sjarief dalam keteranganya, Minggu (11/4/2021). Menurut Direktur Politeknik KP Sidoarjo, Muhammad Hery Riyadi Alauddin, kincir tersebut berbahan baku lokal, yang memiliki tingkat komponen dalam negeri di atas 50 persen. Kontruksi kincir air ini memiliki penggerak motor listrik dengan komsumsi daya 0,5 HP 1 phase, dimana gear dan rantai sebagai transmisi daya yang mereduksi putaran mesin dari 1400 RPM menjadi 110 RPM. Putaran mesin hasil reduksi diteruskan poros utama berbahan baku pipa galvalum dengan ukuran 3/4 dim dan pillow block sebagai bantalan poros sehingga poros dapat berputar sempurna. Hasil putaran poros kemudian diteruskan oleh roda penggerak dari velg sepeda mini sebagai penopang daun kincir. Sebagai penopang seluruh komponen kincir ini dipasang rangka utama yang terbuat dari pipa galvalum yang dibentuk sesuai desain sehingga seluruh komponen ditopang. Kincir digunakan di kolam tambak selama satu siklus (kurang lebih 3 bulan). Untuk membuat kincir air terapung maka dipasang pipa PVC dengan ukuran 6 dim sepanjang dua meter sejumlah dua buah untuk menopang beban kincir air sehingga dapat terapung seimbang di atas air. Untuk menghindari percikan air tambak dan air hujan maka dipasang penutup mesin dengan menggunakan plat gavalum sehingga air tidak dapat masuk ke dalam mesin penggerak. Pembuatan maupun perakitan kincir mulai dari komponen rangka sampai dengan daun kincir dikerjakan oleh dosen dan taruna Program Studi Mekanisasi Perikanan Politeknik tersebut. Melalui hasil riset kolaborasi yang dilakukan mulai dari 2015 sampai dengan sekarang, kincir ini memiliki keunggulan dibandingkan dengan yang lain, di mana dissolved oxygen (DO) yang dihasilkan tinggi, cakupan area maupun tinggi semburan maksimal, biaya operasional lebih murah, sparepart mudah didapatkan, perawatan mudah dikerjakan dan tentu saja dengan harga lebih kompetitif. Dengan adanya kincir ini diharapkan akan menekan biaya operasional budidaya udang, sehingga pendapatan menjadi lebih meningkat dan kesejahteraan petambak terwujud. Upaya pengembangan terus dilakukan dengan menggandeng pihak lain. Pada 3 Maret 2021, Politeknik KP Sidoarjo menandatangani kerja sama berupa nota kesepahaman dengan PT. Barata Indonesia (Persero) pada Pameran Nasional Bangga Buatan Indonesia di The Mandalika Lombok, Nusa Tenggara Barat. Rencananya kincir air tersebut akan digunakan untuk mendukung program perikanan budidaya secara nasional, terutama budidaya udang. Selain itu, menurut Hery Riyadi, kincir air tambak hemat energi ini telah didaftarkan di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia melalui Sentra Hak Kekayaan Intelektual KKP untuk mendapatkan paten. Kincir ini juga sedang diproses untuk mendapatkan Sertifikasi Standar Nasional Indonesia dari Badan Sertifikasi Nasional