Indonesiadaily.co.id- Menjelang#Pemilu 2024 yang makin didepan mata, masyarakat setiap hari di bombardir informasi-informasi yang mengandung kebohongan, fitnah dan pecah belah (hoaxs).
Pesatnya hoaxs jelang#Pemilu 2024 terlihat dari laporan masyarakat, maupun yang terpantau oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo).
Selain sektor lainnya, peran pers dan jurnalisme sangat penting dan strategis dalam menangkal hoax melalui pemberitaan yang valid melalui konfirmasi chek dan ricek.
Untuk itulah menghadapi era hoaxs jelang#Pemilu 2024, dibutuhkan wartawan yang menjaga dan mengikuti 4 sipat Muhammad Rosulullah SAW dalam melaksanakan tugas-tugas kewartawanannya.
Baca Juga: Catatan Aat Surya Safaat Ketua BIdang Luar Negeri SMSI : Optimisme Pariwisata di Tahun 2023
“Wartawan harus meneladani sifat Nabi Muhammad shallallahu alaihiwasallam yaitu sidik (jujur), amanah (dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan yang benar), dan fatanah (cerdas). Jika wartawan meneladani sifat-sifat kenabian, saya yakin pers Indonesia akan tumbuh dengan sehat dan memberikan harapan yang besar bagi bangsa dan negara,” papar Ketua Bidang Luar Negeri Serikat Media Siber Indonesia (SMSI), Aat Surya Syafaat, angkat bicara saat webinar nasional bertajuk “Menyoal Etika Komunikasi Politik Menjelang#Pemilu Serentak 2024 Era Digital” di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) pada Jumat (6/1/2023).
Kemunculan hoaks yang tanpa henti ini, menurutnya, cukup merepotkan pemerintah. Kemenkominfo bahkan membentuk satuan tugas khusus bernama Drone 9 guna memantau konten di internet, termasuk hoaks.
Akan tetapi, cara tersebut belum mampu mencegah perkembangan informasi hoaks di dunia digital. Malah semakin meningkat jelang#Pemilu 2024.
“Namun tetap saja ada kecenderungan pengguna internet untuk tetap mengumbar hoaks dan trennya terus meningkat jelang#Pemilu 2024,” kata Aat dalam webinar yang diinisiasi oleh mahasiswa pascasarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UMJ itu.
Aat menjelaskan, hoaks kini bahkan sudah menjadi bagian dari isu-isu politik aktual. “Kecenderungan ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di berbagai negara lain,” ucapnya.

Mantan Kepala Biro ANTARA di New York itu menyampaikan, meningkatnya jumlah hoaks bertema politik berpotensi mengancam kualitas pesta demokrasi.
“Hoaks dengan platform digital yang kian canggih, tak hanya merusak akal sehat calon pemilih, namun bisa mendelegitimasi proses penyelenggaraan#Pemilu. Lebih parah lagi, mampu merusak kerukunan masyarakat yang mengarah ke disintegrasi bangsa,” jelas Aat.
Ia menyebut, di Indonesia, hoaks digunakan untuk memengaruhi suara mayoritas muslim.
Oleh karena itu, sambung Aat, pemerintah menjalin kerja sama dengan organisasi Islam seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) untuk menangkal hoaks sekaligus membangkitkan kesadaran masyarakat tentang bahaya informasi palsu.
Artikel Terkait
Imam M.Nizar Mantan Wartawan Tabloid Nova, Ingin Fokus Di Jalur Musik Religi
Soal Penembakan Wartawan, Komnas HAM Perlu Bentuk Tim Pencari Fakta
Akhirnya Wartawan Memiliki Festival Film Ala Golden Globe-nya Indonesia