Ini menunjukkan bahwa istilah "film horor murahan" harus diperbaharui.
Film era milenial juga telah mengalami perubahan signifikan.
Mereka tidak lagi hanya mengandalkan unsur seksualitas atau adegan mencekam yang mengagetkan.
Musik dangdut juga mengalami perubahan serupa, menggabungkan elemen-elemen lembut tanpa mengurangi keintiman dan ketegangan.
Dengan kehadiran artis papan atas, biaya produksi setara dengan genre film lainnya, serta eksplorasi global oleh musik dangdut, kita harus bertanya pada diri sendiri, mengapa stigma ini masih melekat pada musik dangdut dan film horor? Mungkin saatnya kita melihat keduanya dengan mata yang lebih terbuka dan meresapi perubahan yang telah mereka alami.
Penulis (*)
Sutrisno Buyil
Ketua umum Forum Wartawan Hiburan (FORWAN) Indonesia
Artikel Terkait
Konsistensi dalam Branding Politik
Ribuan Emak-emak dari 540 Majelis Taklim Kota Bandung-Cimahi Deklarasi Dukung Prabowo
OJK Luncurkan Program SICANTIKS di Bandung
Velline Ayu Membagikan Ilmu tentang Royalti dalam Podcast Bersama Ketua Umum IRW
Fitri Carlina Bangga dengan Kesuksesan "Indopop Movement Volume 3" di Times Square, New York