Oleh: Bahren Nurdin
(Mahasiswa tinggal di Sydney, Australia)
ADA beberapa artikel saya tentang batu baru bara di Jambi. Bahkan pada tahun 2003 saya sudah menulis sebuah artikel yang berjudul “batu bara Uji Nyali HBA”.
Itu artinya sudah beberapa gubernur berlalu dan persoalan angkutan batu bara di Jambi belum juga tuntas.
Pagi ini, saya menerima beberapa video situasi kemacetan lalu lintas yang terjadi di ruas jalan Lintas Sumatera dari arah Kabupaten Batanghari menuju Kota Jambi.
Mengerikan dan sedih melihatnya. Salah satu video masyarakat yang menyebar menyebutkan mereka sudah terjebak lebih dari sepuluh jam di jalan.
Ditengarai kemacetan yang terjadi salah satunya disebabkan armada angkutan batu bara (truk) yang memenuhi jalan raya.
Tentu saja kejadian ini bukanlah yang pertama dan semakin parah.
Paling tidak setahun terakhir persoalan angkutan batu bara di Jambi tidak lagi menjadi isu lokal tapi telah menarik perhatian nasional.
Baru-baru ini Gubernur Jambi Al Haris bersama Forkopimda bahkan telah mengadakan pertemuan dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dan Kementerian Perhubungan di ruang Kementerian ESDM, Jakarta Pusat, (Antaranews.com, Selasa, 14/2).
ygNamun kemacetan masih saja terjadi!
Melihat parahnya kemacetan yang terjadi dan dampak yang ditimbulkan, jangan-jangan kemacetan ini sudah bisa digolongkan sebagai bencana dan harus mendapatkan tanggapan serius dari berbagai kalangan sehingga tergolong ‘darurat’.
Memang secara langsung belum (dan kita berharap tidak terjadi) memakan korban jiwa. Tapi saya yakin dampaknya sangat dahsyat.
1) Bayi, anak-anak atau lansia yang ikut keluarga dan terjebak dalam kemacetan pasti sangat menderita (dari urusan makan hingga toilet dan kamar mandi).