• Minggu, 24 September 2023

Kopi Campur Jagung, atau Madu?

- Kamis, 2 Maret 2023 | 06:53 WIB
Hendro Basuki Kebudayaan Kopi Gelombang Ketiga  (doc Hendro Basuki)
Hendro Basuki Kebudayaan Kopi Gelombang Ketiga (doc Hendro Basuki)

Indonesiadaily.co.id- Menyangrai (roasting) kopi secara tradisional dilakukan dengan banyak cara. Dulu, Ibu saya selalu memberi campuran beras, atau jagung dalam jumlah yang terukur. Dan selalu diberi beberapa potong "cikalan" (potongan kelapa) yang sudah tua.

Kenapa harus demikian? Beliau mengatakan agar kopi kampung yang pahit itu menjadi lebih harum baunya. Benar saja, setiap saya.diminta membantu meroasting, harum kopi merebak sampai ke tetangga.

Berbeda dengan kopi Arabica yang jauh lebih harum, kopi robusta, liberica, atau kopi kampung yang disebut sebagai kopi nangka tidak begitu harum. Memang bau kopi tetap menyengat, tetapi keharumannya lemah. Dengan sedikit campuran beras, atau jagung dan potongan kelapa harumnya lebih menyengat.

Tentu, itu bukan ide murni ibu saya. Di masyarakat desa sudah jamak melakukan itu. Dengan demikian tak diketahui secara persis siapa yang lebih dulu memulai.

Dicampur Jagung

Ternyata roasting model itu dikloning dalam industri modern. Berbeda dengan tujuan awal yang hanya dimaksudkan untuk menambah harum, industri modern bertujuan untuk efisiensi produksi. Maksudnya, dengan jumlah jagung lebih banyak, maka bisa diproduksi lebih murah.

Sistem produksi dalam industri kopi saset seperti itulah yang ditolak oleh para ahli.kopi,peneliti, termasuk oleh salah satu tester terbaik di dunia Setiawan Subekti.

Lalu saya mencoba kembali apa yang dilakukan Ibu saya dengan takaran 95:5; 90:10; 80: 20 dan 60:40 . Persentase terbanyak masih kopi. Bukan jagung.

Ternyata, 95: 5 menghasilkan keharuman terbaik versi saya. Tentu saya tidak memiliki keahlian untuk meneliti seberapa besar pengaruh oada tubuh.

Penambahan 5% jagung manis memberikan aroma yang paling saya sukai, tetapi lebih dari jumlah itu keharumannya semakin menyusut. Inilah yang oleh industri dikelabuhi dengan esense.

Mungkin untuk menghasilkan bubuk kopi dengan karakteristik yang lebih baik, perlu
dilakukan penelitian lanjutan dengan bahan tambahan lain seperti kedelai, gandum, dan beras.

Tentu dengan tetap memperhatikan beberapa sifat fisik –kimia kopi yang erat hubungan dengan mutu seduhan seperti kadar kafein, keasaman total, dan lain-lain.

Saya belum mencoba, bagaimana dengan campuran beras. Tetapi penulis memperkirakan, terciptanya keharuman akan sangat tergantung kualitas beras. Kenapa? Ada beberapa jenis beras yang sangat wangi, wangi, biasa, tetapi banyak yang tidak standar. Tentu dengan penambahan jumlah yang terukur pula.

Ditambah Madu?

Halaman:

Editor: Hery FR

Terkini

METAFORA BUNGA MENJELANG PEMILU

Minggu, 24 September 2023 | 07:07 WIB

Konsistensi dalam Branding Politik

Kamis, 14 September 2023 | 08:23 WIB

DTKS yang Responsif

Senin, 11 September 2023 | 08:59 WIB

PARPOL DAN PENDIDIKAN POLITIK

Minggu, 10 September 2023 | 13:13 WIB

PEMILU 2024: Menjaring Caleg Berkualitas

Jumat, 8 September 2023 | 07:52 WIB

MONEY POLITIC: Ancaman Pemilu 2024

Kamis, 7 September 2023 | 07:53 WIB

POLITIK IDENTITAS: Kekuatan atau Kelemahan?

Rabu, 6 September 2023 | 11:46 WIB

PEMILIH CERDAS, PEMIMPIN BERKUALITAS

Selasa, 5 September 2023 | 20:03 WIB

PERAN MEDSOS PADA PEMILU 2024: Merekat atau Memecah?

Minggu, 3 September 2023 | 16:22 WIB

KULIAH ATAU KERJA?

Jumat, 1 September 2023 | 09:18 WIB

Membuka Pintu Digital Melalui Internet Pedesaan

Jumat, 1 September 2023 | 09:12 WIB

REFORMASI SKRIPSI

Kamis, 31 Agustus 2023 | 09:28 WIB

Kekuatan Data: Dukcapil dan Kualitas Data Pemilih

Kamis, 24 Agustus 2023 | 08:17 WIB
X