Munaf Memilih Jadi Orang Jujur

- Kamis, 20 April 2023 | 02:17 WIB
Iman Handiman (Ketua Umum Forum Pemred Media Siber Indonesia) (SMSI/Indonesiadaily.co.id)
Iman Handiman (Ketua Umum Forum Pemred Media Siber Indonesia) (SMSI/Indonesiadaily.co.id)

Oleh: Iman Handiman (Ketua Umum Forum Pemred Media Siber Indonesia)

TERSEBUTLAH sebuah negeri di jazirah Arab. Namanya Babusalam. Negeri dalam dongeng sufi ini cuma punya dua jenis rakyat: rakyat penipu dan rakyat jujur. Tapi, yang penipu maupun yang jujur dibedakan oleh tingkatan, talenta, dan reputasinya.

Syahdan ada seorang warga yang terkenal sangat jujur. Barangkali tingkatan jujurnya bukan lagi sangat jujur, namun sangat amat jujur sekali, atau kalau ukuran baju bisa digolongkan XXXL.

Lantaran sifatnya yang jujur itu, Munaf sering diundang raja ke istana. Awalnya dia selalu diminta raja yang tergolong jenis raja penipu itu untuk menceritakan segamblang-gamblangnya situasi rakyat dan negeri, terutama menyangkut berbagai hal yang dicurigai bisa mengancam kekuasaannya.

Munaf belakangan malah diangkat sebagai pembantu raja. Ia menduduki posisi istimewa sebagai mata dan telinga raja.

Sang raja memang perlu orang yang setiap saat mampu memberinya laporan lengkap tentang situasi istana dan negeri dengan benar. Apalagi menyangkut seluruh pembantunya. Maklum raja sendiri jenis penipu ukuran XXL sehingga selalu berprasangka buruk kepada setiap orang.

Mendapat posisi terhormat yang mendongkrak tinggi statusnya dari rakyat jelata menjadi orang dekat raja, Munaf pun makin jujur saja. Mungkin ukuran jujurnya bukan XXL lagi, namun sudah XXXL.

Setiap yang didengar dan dilihatnya, terlebih yang dianggap penting bagi raja karena terkait dengan keamanan singgasananya, akan segera dikabarkan.

Tentu saja raja pun makin memberinya kepercayaan dan banyak memanfaatkan laporan Munaf dalam mengambil berbagai keputusan penting.

Tetapi benarkah Munaf orang yang jujur? Pertanyaan ini akhirnya muncul sebagai wacana mengejutkan di kalangan kaum sufi di abad IX itu.

Pasalnya, hikayat jujur Munaf diragukan dari asal-usulnya. Ia, semasa masih rakyat jelata, sesungguhnya adalah jenis penipu. Bahkan tak tanggung-tanggung, ukurannya penipu XXXL.

Lantas mengapa menjadi jujur? Justru di situ hebatnya Munaf sebagai penipu. Ia cerdik mengelabui orang lain, sehingga baginya perkara mudah saja membalik dirinya menjadi rakyat yang jujur.

Munaf sengaja memilih menjadi ‘orang jujur’ yang selalu berbicara dan memberi laporan dengan benar dan apa adanya, karena predikat seperti itu diyakini akan mengubah nasibnya. Buktinya benar, dia akhirnya menjadi pembantu istimewa raja.

Tipe penipu seperti Munaf di negeri dongeng sufi itu mungkin menyeberang alam dan zaman. Tetapi, keberadaannya tergantung sudut pandang moral dan kepentingan saja. Maklum, jangankan ditemukan, terpikirkan oleh orang pun mungkin tidak.

Halaman:

Editor: Hery FR

Artikel Terkait

Terkini

METAFORA BUNGA MENJELANG PEMILU

Minggu, 24 September 2023 | 07:07 WIB

Konsistensi dalam Branding Politik

Kamis, 14 September 2023 | 08:23 WIB

DTKS yang Responsif

Senin, 11 September 2023 | 08:59 WIB

PARPOL DAN PENDIDIKAN POLITIK

Minggu, 10 September 2023 | 13:13 WIB

PEMILU 2024: Menjaring Caleg Berkualitas

Jumat, 8 September 2023 | 07:52 WIB

MONEY POLITIC: Ancaman Pemilu 2024

Kamis, 7 September 2023 | 07:53 WIB

POLITIK IDENTITAS: Kekuatan atau Kelemahan?

Rabu, 6 September 2023 | 11:46 WIB

PEMILIH CERDAS, PEMIMPIN BERKUALITAS

Selasa, 5 September 2023 | 20:03 WIB

PERAN MEDSOS PADA PEMILU 2024: Merekat atau Memecah?

Minggu, 3 September 2023 | 16:22 WIB

KULIAH ATAU KERJA?

Jumat, 1 September 2023 | 09:18 WIB

Membuka Pintu Digital Melalui Internet Pedesaan

Jumat, 1 September 2023 | 09:12 WIB

REFORMASI SKRIPSI

Kamis, 31 Agustus 2023 | 09:28 WIB

Kekuatan Data: Dukcapil dan Kualitas Data Pemilih

Kamis, 24 Agustus 2023 | 08:17 WIB
X