Demokrasi di Mata Politikus, Demokrasi dalam Aksi Para Boxer dan Demokrasi di Kalangan Penegak Hukum
Suatu Teoretis dan Aplikasi Implementatif
Oleh: Prof. Adrians Chaththab
MEMANG banyak yang aneh-aneh dewasa ini. Aneh dalam pengertian membelakangi teori yang sudah baku.
Sesuatu yang sudah disepakati secara saintifik, bisa saja berubah dalam implementatif karena berbagai hantaman baik politik maupun kepentingan lainnya.
Sebagai ilmu, tentulah hal itu dapatdipandang dalam perspektif suatu perkembangan. Akan tetapi di balik itu pula, sebagaisebuah wadah tempat berpolitik, demokrasi akan “liar”, manakala iasarat kepentingan-kepentingan yg dapat menyeret-nyeret pelakunya ke sana-sini ke jalan bahwa “asal kemenangan” bisa diraih, tidak meihat benar-tidaknya jalan yang ditempuh.
Bila hal tersebut terakhir yang memandu masyarakat dalam bernegara, maka makna awal demokrasi yang indah itu akan merangkat ke makna monarchi bahkan bisa lebih kejam daripada itu.
Dengan mengambil sampel tentang jatuh-bangunnya satu partai politik dan perkembangan sistem pemilihan presiden, gubernur dan lainnya dari pemilu ke pemilu.
Sistem demokrasi yang selama ini dipandang terbaik dalam mengayomi rakyat dalam bertata negara dan berbangsa di dunia, karena permainan otak manusia dalam berserikat dan berkumpul, yang semula sakti dan tabu bila melanggar aturan; akhir-akhir ini menjadi “ lebai “ akibat otak-otak licik yang jahil haus kekuasaan.
Bisa saja yang selama ini dianggap sakral menjadi warna abu-abu, boleh jadi yang putih berubah warna ke “hitam manis”.
Walaupun sebenarnya hitam, tapi ia menjadi manis karena syahwat kekuasaan. Berapa banyak partai, dari masa Orde Baru sampai dengan sekarang pasca reformasi, pergulatan dan persiteruannya semakin menjadi-jadi.
Contoh kasus, Golkar yang kekar di bawah asuhan dan sentuhan tangan dingin Pak Harto selama 32 tahun menjadi berserakan di zaman reformasi.
Sebut saja pecahan Golkar itu adalah partai Nasdem, Gerindra, Hanura, FKPI dan sebagainya.
Begitu juga PDI, ada PDI Suryadi dan PDI Perjuangan Megawati. PKB gus Dur dan PKB Muhaimin Iskandar. PAN Amin Rais (Partai Umat) dan PAN Zulkifli Hasan.